Sudah sewajarnya sebelum melakukan
aktifitas kerja kita seringkali mengawali dengan bacaan Basmallah. Sungguh hal
ini menjadi kebiasaan yang indah. Namun apakah kita sudah memaknai bacaan
tersebut?. Nah , hal inilah yang perlu kita pertanyakan dalam diri kita
masing-masing. Perlu diingat bahwa bacaan ini sangat substansial dan begitu sarat dengan makna. Mari kita kaji
sesaat, bahwa dalam bacaan tersebut
sebenarnya Allah SWT menyiratkan hal
mendasar yang dapat dipahami dengan kesadaran umum, terutama bagi yang terbiasa
mengkaji sesuatu untuk menambah level kualitas keimanan terhadap Allah SWT.
Siapapun bisa mengkaji, namun hasil kajiannya tentu berbeda-beda tergantung
background dan pengalaman empiris masing-masing. Hasil kajian bukan lah parameter
keunggulan seseorang yang mengkaji, dalam hal ini yang terpenting yaitu seberapa besar kajian itu berpengaruh
terhadap penambahan keimanan kita terhadap Allah SWT.
Mari kita amati dan mengkajinya
sekilas, disini jelas sekali bahwa sebenarnya bacaan Basmalah ini mengisyaratkan
sesuatu sebagai anjuran halus bahwa untuk meraih kesempurnaan hidup sebagai
hamba harus ditempuh dengan hidup saling mengasihi dan menyayangi sesama. Namun
begitu kesempurnaan yang hakiki tetap milik Allah SWT. Andai saja Allah pilih kasih dalam
menyayangi hamba-Nya tentu Allah akan lebih menyayangi hamba-hamba-Nya yang
beriman, dan membiarkan hamba-hamba-Nya
yang tidak mematuhi perintah-Nya hidup dalam penderitaan. Namun kenyataannya
Allah Maha bersyukur dan mau menerima apapun perilaku kita dengan tetap
memberinya rejeki. Dan tak berkurang sedikitpun kemulyaan-Nya meskipun kita
tidak patuh pada perintah-Nya. Sudahkah kita menyadari hal itu?
Mari kita sama-sama saling introspeksi
diri dan bertaubat atas kesalahan yang pernah kita perbuat dan tak kan pernah
mengulanginya lagi, sebelum Allah menjewer telinga kita dan mengingatkan kita
dengan azab yang amat pedih. Jangan pernah biarkan kebencian menutupi hati kita
sehingga membutakan hati untuk mengenali cahaya kebaikan.
Perlu kita sadari bahwa rasa
menyayangi bisa saja membuat kita jauh dari kasih sayang Allah jika rasa sayang
kita cenderung lebih menyayangi duniawi daripada menyayangi kepentingan
akhirat. Begitupun sebaliknya rasa bencipun dapat membuat kita lebih disayang
Allah selama kita benci terhadap hal yang dibenci Allah SWT, dan kebencian itu juga
akan menjauhkan kita dari kasih sayang Allah selama kebencian itu datang dari
rasa ego kita yang merasa perilaku kita lebih berhak diteladani dan merasa yang lain tak patut dan berhak menjadi
figur teladan yang baik. Semua orang berhak menjadi teladan bagi yang lain,
selama hal itu menjadikan kebaikan bersama. Mari kita lebih bijak dalam bersikap bahwa kita punya kepentingan dan
kebutuhan yang berbeda dalam menjalani kehidupan ini, sehingga cara yang
ditempuhpun tentunya berbeda. Tak perlu kita memaksakan apapun dengan segala
perbedaan itu. Kita punya tanggung jawab sendiri terhadap Allah SWT. Saling
mengingatkan itu perlu, namun jangan
berharap apapun dari apa yang kita sampaikan, karena yang berhak memberikan hidayah hanya Allah SWT. Kebaikan apapun jika kita sikapi dengan
kebencian tetap tak berarti apa-apa bahkan menambah keburukan kita, namun jika
disikapi dengan rasa sayang tentunya akan menambah kebaikan kita. Sesuatu
sejelek apapun jika disentuh dengan rasa kasih sayang akan terasa menjadi
sesuatu yang indah. Dan begitu juga sebaliknya, sesuatu sebagus/sebaik apapun
jika disetuh dengan rasa kebencian tetap akan menjadi keburukan yang kekal.
Dan mari kita lawan keburukan-
keburukan dalam diri kita dengan memulai kebiasaan-kebiasaan yang baik. Niscaya
Allah akan menolong kita, dengan membisikkan peringatan dihati kita tatkala kita
hendak lalai dalam memilih kebaikan.
Apa yang baik dan benar datangnya semata-mata
dari Allah SWT, dan apapun yang salah mungkin itulah kekurangan kita agar terus
belajar dan belajar memperbaiki diri, yang terpenting jangan pernah membuat Allah
SWT marah karena ulah perilaku kita dengan tetap menjalin kasih sayang dengan sesama.
Kasih sayang adalah simbul harapan
bahwa sesuatu itu akan berubah suatu
saat nanti dengan sentuhan kasih dan sayang. Dan kebencian adalah simbul keputusasaan, kemiskinan,
dan belenggu yang membatasi gerak secara lahir dan batin, maka jangan biarkan
kebencian tersebut memenjarakan hati kita, kebencian itu menyiksa diri, dan
hanya tetap menjadi kepuasan yang semakin menyiksa hari demi hari, dan hanya akan
menciptakan serta menumbuhkan musuh-musuh baru yang berkelanjutan dan makin
berkembang setiap kali menemukan sekutu baru yang berkolaborasi. Nauzubillah
suma nauzubillah.
Mari kita berdoa semoga kita
dijauhkan dari semua bentuk keburukan dan hanya kebaikan yang selalu datang
mendekat. Aamiin…
No comments:
Post a Comment