Sunday, July 31, 2016

KEINGINAN

Doa tanpa keyakinan sama saja seperti perahu yang tak berdayung
Mungkin kita tak pernah menyadari kenapa doa-doa kita selama ini belum mendapat jawaban dari Tuhan. Karena permohonan tersebut mungkin bukan didasarkan ridho Allah tapi hanya sebatas keinginan nafsu semata yang justru akan semakin menjauhkan kita dari ketenangan bahkan akan mendatangkan musibah pada akhirnya. Marilah sebelum memohon dan berdoa ada baiknya kita kaji ulang permohonan-permohonan tersebut agar dapat dipastikan bahwa doa tersebut sudah layak untuk dikabulkan dan memang tak didasari nafsu dunia semata, tapi benar-benar menjadi permohonan yang akan semakin mendekatkan kita pada-Nya…

Thursday, July 28, 2016

MORE THAN YOU FEEL

Kedewasaan adalah perwujudan pribadi yang berkemampuan dalam mengendalikan hati dan pikiran untuk menciptakan sebuah ketenangan jiwa.

Jangan terlalu berprasangka terhadap setiap apa yang kita hadapi, cukup kita bersabar dengan reaksi yang wajar agar tak menggoyah ketenangan hati yang ada. Jika kita merespon hal tersebut terlalu berlebihan nanti ditakutkan akan mempengaruhi stabilitas hati dan pikiran, disamping itu dapat dipastikan akan berpengaruh pula terhadap kelemahan batiniah kita sehingga memudahkan hal-hal buruk merasuk dalam ranah perilaku dan pemikiran. Cukup kita berdo’a dan menata diri semoga Allah selalu menempatkan kita dalam suasana hati yang nyaman dan tetap bersyukur ketika cobaan sedang ditimpakan. Dengan begitu hidup ini benar-benar terasa nikmat penuh keberkahan. Aamiin.

Tuesday, July 26, 2016

NGGA RIBET

Ngga nagih sih cuma ngingetin aja xi xi xi ...
KEAJAIBAN UTANG PIUTANG 
Keajaiban sedekah mungkin sering didengar, baik dalam bentuk tuntunan maupun penuturan pengalaman seseorang. Bagaimana dengan utang? Apakah juga menyimpan keajaiban dan keunikan sebagaimana sedekah?
Banyak hadits terkait soal utang. Mereka yang memberi bantuan meminjamkan utang, disebutkan oleh Rasulullah SAW., pahalanya separuh dari bersedekah.
Dari Ibnu Mas'ud RA., 
"Sesungguhnya Nabi SAW. telah bersabda bahwa seorang Muslim yang mempiutangi seorang Muslim dua kali, seolah-olah ia telah bersedekah kepadanya satu kali."
Logikanya sederhana, mengapa memberi utang itu walau tak mengurangi harta pemberi utang, bernilai tinggi. Ada semangat menolong yang luar biasa. Bahkan, kadang bisa lebih bernilai secara ekonomi dari sedekah.
Ketika seseorang bersedekah, mungkin juga orang yang diberi sebenarnya secara ril saat itu tidak terlalu membutuhkan. Berbeda dengan orang yang datang ingin meminjam uang. Kecuali yang memang hobi berutang, mereka biasanya memanfaatkan "fasilitas" itu karena terpaksa. Benar-benar terdesak kebutuhan.
Memberi bantuan pinjaman, tentu saja tanpa bunga (tanpa riba) bernilai tinggi. Mereka itu, mengutip hadits qudsi, tergolong orang-orang yang memudahkan dan membantu saudaranya. 
"Barang siapa mempermudah urusan hamba-Ku, akan dipermudah urusannya."
Keajaibannya bagi pemberi pinjaman, memang tak terlihat seperti sedekah, karena biasanya tak terlalu dirasakan. Tidak dalam bentuk kelipatan harta, seperti halnya sedekah.
Yang menarik, ada keajaiban unik dalam proses utang piutang ini sesuatu yang kurang disadari hingga jarang mendapat perhatian apalagi dipraktikkan. Suatu keajaiban bermata pisau ganda yang akan dialami mereka yang berutang.

Mata pisau pertama, jika orang yang berutang itu lalai atau bersikap kurang peduli apalagi tak memperlihatkan iktikad baik untuk membayar, dijamin, ia justru akan makin terjerat kesulitan. Apalagi ketika sekali waktu mendapat rezeki, tetap juga berlagak lupa, kurang peduli untuk membayar. Kesulitan akan makin meningkat. Utang tak terbayar, rezeki yang didapat, kemungkinan besar akan habis.
Mengapa makin terjerat kesulitan? Secara ekonomi dan komunikasi sosial, mereka yang berutang itu tetap terjerat utang dan berpeluang bertambah utangnya. Kemungkinan kedua, karena masih punya utang di mana-mana dan biasanya menghindar dari pemberi utang, dia tanpa menyadari menutup jalan rezekinya sendiri.
Silaturahmi terhenti. Komunikasi dengan sesama makin sempit. Karena silaturrahmi berkurang, ruang-ruang peluang pun otomatis,berkurang. Rezeki pun kemungkinan besar berkurang. Sangat rasional sekali, tuntunan Islam menyangkut soal utang ini. Pararel dengan logika ekonomi.

Mata pisau kedua, kemudahan rezeki, bagi mereka yang bersemangat membayar utang. Ini kejaiban yang tak kalah dahsyat dari sedekah. Bahkan, bisa jadi lebih dahsyat. Namun, karena tertutup untuk menyeimbangkan keuangan, terkesan tak terlihat. Anda mungkin tak merasa mendapat rezeki besar, karena rezeki yang Anda dapat langsung sepenuhnya dibayarkan untuk utang. Jadi kurang terlihat sebagai tumpukan rezeki.
Ada jaminan Allah dan Rasul-Nya. Mereka yang bersemangat membayar utang akan dipermudah rezekinya. Selalu terbuka jalan keluar untuk membayar utang, jika seseorang memperlihatkan kesungguhan untuk membayar, yang dibuktikan dengan segera membayar utangnya ketika mendapat rezeki. Rasulullah SAW. bersabda, 
"Barang siapa berutang dengan maksud melunasinya, maka Allah akan membantunya (untuk melunasinya)."
Disebutkan dalam hadits lain, Rasulullah SAW. bersabda, 
"Seseorang yang berutang dan Allah melihat yang bersangkutan berniat untuk melunasinya, niscaya Allah akan menjadikan dia dapat melunasinya di dunia ini."
Bagaimana kalau rezeki yang diperoleh tak terlalu besar dan kebutuhan sendiri perlu juga dipenuhi? Bayarlah utang itu sebagian. Tak harus semuanya.
Katakanlah, Anda mempunyai utang Rp. 500.000,- lalu sekali waktu memperoleh rezeki Rp. 400.000,- dan masih ada keperluan memenuhi kebutuhan hidup. Tak perlu dibayar semua. Kebutuhan hidup tetap dipenuhi. Yang penting perlihatkan iktikad membayar utang walau mungkin hanya membayar sebagian. Jadi, bayarkan yang separuh dan penuhi kebutuhan hidup dari sisanya.
Konteks hadits Rasulullah SAW. pada persoalan utang, tidak menekan apalagi memaksa kita segera membayar keseluruhan. Mereka yang sedang tidak mampu membayar bahkan dianjurkan dibebaskan oleh si pemberi utang. Asal memang benar-benar tidak memiliki kemampuan untuk membayar.
وَإِن كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَىٰ مَيْسَرَةٍ ۚ وَأَن تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
Wain kana thoo AAusratin fanathiratun ila maysaratin waan tasaddaqoo khayrun lakum in kuntum taAAlamoona
Dan jika (orang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui." (QS. Al-Baqarah (2): 280)
Yang ditekankan di sini adalah iktikad dan kesungguhan untuk membayar. Jadi, ketika mampu hanya membayar separuh, bayar segera. Insya Allah, akan ada rezeki lain yang akan datang. Bukan bersikap sebaliknya ketika memiliki uang, tetapi tak memperlihatkan iktikad untuk melunasi utang.
Pilihannya sudah jelas. Dengan membayar utang, rezeki akan dipermudah. Namun, jika mengabaikan alias lalai membayar utang, akan mengalami kesulitan mendapat rezeki. ***

Sunday, July 24, 2016

JANGAN LELAHKAN DIRI

Selama kita memiliki keyakinan maka selama itu pula Allah masih menyisakan harapan..
Nikmati setiap yang datang dan pergi dengan penuh keikhlasan serta penghayatan yang mendalam. Tahan gejolak hati yang seringkali timbul sesaat, rasakan pengaruhnya, akankah semakin tumbuh ataukah semakin tenggelam tertelan waktu, lalu amati hingga akhirnya semua itu berakhir dengan munculnya hal baru lagi. Namun tetap perhatikan bahwa setiap hal pasti menyisakan hikmah rumusan hidup. Dan kita hanya butuh satu hal untuk melakukannya yaitu keikhlasan untuk bersabar. 

Wednesday, July 20, 2016

KEBISUAN

Tak semua yang berpikir itu mampu berucap, dan tak semua yang berucap itu sedang berpikir…

Budaya masyarakat kita memang begitu kental dengan keramahannya,namun seiring berkembangnya ilmu dan teknologi semakin berdampak pula pada menurunnya tingkat moral diberbagai kalangan, budaya malu sudah mulai langka. Dan keramahanpun juga berubah menjadi kebiasaan yang tak lazim,aneh dan terkesan murahan. Sehingga ego mulai menempatkan perannya. Status social seakan jadi kehormatan yang paling patut untuk mendapatkan sapaan dan kehormatan. Dan dari sinilah muncul budaya-budaya baru yang mulai menjauhkan nilai luhur yang telah ada sejak zaman nenek moyang kita dahulu. Kebisuan tanpa saling tegur sapa bukan jadi hal yang aneh lagi. Jika hal ini terus berkembang, apa jadinya dengan generasi-generasi selanjutnya. Mari kita jaga dan lestarikan nilai-nilai luhur budaya kita, agar tetap mampu menciptakan keteladanan baru bagi generasi mendatang terutama anak cucu kita. Setidaknya saling mengingatkan itu pun sudah menjadi bagian upaya nyata untuk berperan dalam mempertahan budaya luhur tersebut. Smoga kita semua mendapatkan petunjuk Allah SWT dalam mengupayakannya. Aamiin 

Thursday, July 14, 2016

BEING MY SELF

Keindahan hidup itu yaitu ketika kita mampu bersyukur menikmatinya dalam kedamaian, sedangkan mereka masih sibuk menterjemahkan kita dalam pemikirannya hingga melupakan untuk memikirkan diri sendiri...

Tuesday, July 12, 2016

MARI BENAR-BENAR BERPIKIR

Jangan mudah terkejut dengan hal aneh yang seringkali terjadi diluar kewajaran, cukup nikmati dan perhatikan dengan kesabaran sebelum akhirnya Allah memberikan jawaban-Nya.

Hidup  itu punya penjabaran yang luas dan  mendalam  sehingga kitaperlu dinamis dalam menyikapinya. Ibarat makan kita perlu menguyah dengan kesabaran agar mudah dicerna dengan baik dan akhirnya unsur sari makanyang diperlukan tubuh mudah didistribusikan sesuai fungsi dan kebutuhannya sehingga tubuh menjadi sehat dan otak dapat berpikir dengan baik. Namun pada kenyataannya bahwa setiap permasalahan yang hadir selalu direspon spontan dan ditelan mentah-mentah sehingga tak dapat merasakan hikmah sebenarnya yang terkandung dalam hal tersebut.Setidaknya mari kita sekarang mulai membiasakan diri untuk bersikap bijak dengan hati lapang dan  pikiran yang positif sehingga menghasilkan  tindakan yang bermanfaat bagi sesama dengan terus belajar dan belajar menggali makna kehidupan. Dan semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk-Nya bagi hamba-hamba yang menghendaki kebaikan. Aamiin… https://goo.gl/eDjtrh  

Sunday, July 10, 2016

KERENDAHAN HATI

Jangan pernah biarkan diri kita tercermin buruk dan jadi sumber resonansi utama  ketidaknyamanan hati, jika ingin memenangkan pergulatan hidup.
Mengabaikan diri dalam anggapan buruk itu sah-sah saja asal diniatkan dalam rangka pendekatan diri terhadap Allah SWT  dan selama bukan untuk melampiaskan kekecewaan terhadap perjalanan yang kita lalui. Jika masa lalu telah mampu menurunkan rasa percaya diri dan mampu mengurangi keceriaan hari ini berarti kita telah melangkah mundur dan tak mensyukuri kebaikan yang telah dikaruniakan-Nya selama ini. Memang kebaikan tersebut tak selalu berbentuk kenyamanan, bahkan kadang –kadang harus ditempuh dengan penderitaan serta kekecewaan. Percayalah bahwa itu semua diberikan semata-mata untuk semakin menguatkan ketangguhan kita dalam menjalani kehidupan ini.

Wednesday, July 6, 2016

MET HARI RAYA

Mari awali lembaran baru di hari kemenangan ini dengan ketulusan dan keikhlasan untuk saling memaafkan...
Hidup ngga lengkap tanpa rasa saling memaafkan...
Aku tahu hatiku tak seputih salju dan ikhlasku tak selembut desiran angin
hingga tanpa sengaja indra dan ragaku merajut khilaf dalam perjalanku
Namun di hari kemenangan ini aku tlah menyuling ikhlasku hingga sebening embun
Mari inilah saatnya saling membuka hati, menata senyum dan berbagi keceriaan untuk saling memaafkan “MINAL AIDIN WALFAIDZIN” “MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN”

Friday, July 1, 2016

IN CHARGE

Puasa itu sebenarnya merigankan beban proses metabolisme tubuh namun nafsu  seringkali tamak untuk mengeyangkan raga.
Jangan berpikiran  bahwa puasa itu membebani, justru puasa itu sendiri mengajarkan bagaimana cara bertahan yang  tangguh pada kondisi kehidupan terlemah kita. Dan kekuatan itu ada pada niat dan keyakinan. Jika kita tidak memiliki keyakinan, jangan pernah berharap sesuatu itu ada dan benar-banar menjadi wujud yang nyata.

KASIH DAN SAYANG

Sudah sewajarnya sebelum melakukan aktifitas kerja kita seringkali mengawali dengan bacaan Basmallah. Sungguh hal ini menjadi kebiasa...