Ngga nagih sih cuma ngingetin aja xi xi xi ...
KEAJAIBAN UTANG PIUTANG
Keajaiban sedekah mungkin sering didengar, baik dalam bentuk tuntunan maupun penuturan pengalaman seseorang. Bagaimana dengan utang? Apakah juga menyimpan keajaiban dan keunikan sebagaimana sedekah?
Keajaiban sedekah mungkin sering didengar, baik dalam bentuk tuntunan maupun penuturan pengalaman seseorang. Bagaimana dengan utang? Apakah juga menyimpan keajaiban dan keunikan sebagaimana sedekah?
Banyak hadits terkait soal utang. Mereka yang memberi bantuan
meminjamkan utang, disebutkan oleh Rasulullah SAW., pahalanya separuh dari
bersedekah.
Dari Ibnu Mas'ud RA.,
"Sesungguhnya Nabi SAW. telah bersabda bahwa seorang Muslim yang mempiutangi seorang Muslim dua kali, seolah-olah ia telah bersedekah kepadanya satu kali."
"Sesungguhnya Nabi SAW. telah bersabda bahwa seorang Muslim yang mempiutangi seorang Muslim dua kali, seolah-olah ia telah bersedekah kepadanya satu kali."
Logikanya sederhana, mengapa memberi utang itu walau tak mengurangi
harta pemberi utang, bernilai tinggi. Ada semangat menolong yang luar biasa.
Bahkan, kadang bisa lebih bernilai secara ekonomi dari sedekah.
Ketika seseorang bersedekah, mungkin juga orang yang diberi
sebenarnya secara ril saat itu tidak terlalu membutuhkan. Berbeda dengan orang
yang datang ingin meminjam uang. Kecuali yang memang hobi berutang, mereka
biasanya memanfaatkan "fasilitas" itu karena terpaksa. Benar-benar
terdesak kebutuhan.
Memberi bantuan pinjaman, tentu saja tanpa bunga (tanpa riba)
bernilai tinggi. Mereka itu, mengutip hadits qudsi, tergolong orang-orang yang
memudahkan dan membantu saudaranya.
"Barang siapa mempermudah urusan hamba-Ku, akan dipermudah urusannya."
"Barang siapa mempermudah urusan hamba-Ku, akan dipermudah urusannya."
Keajaibannya bagi pemberi pinjaman, memang tak terlihat seperti
sedekah, karena biasanya tak terlalu dirasakan. Tidak dalam bentuk kelipatan
harta, seperti halnya sedekah.
Yang menarik, ada keajaiban unik dalam proses utang piutang ini
sesuatu yang kurang disadari hingga jarang mendapat perhatian apalagi
dipraktikkan. Suatu keajaiban bermata pisau ganda yang akan dialami mereka yang
berutang.
Mata pisau pertama, jika orang yang berutang itu lalai atau bersikap kurang peduli apalagi tak memperlihatkan iktikad baik untuk membayar, dijamin, ia justru akan makin terjerat kesulitan. Apalagi ketika sekali waktu mendapat rezeki, tetap juga berlagak lupa, kurang peduli untuk membayar. Kesulitan akan makin meningkat. Utang tak terbayar, rezeki yang didapat, kemungkinan besar akan habis.
Mengapa makin terjerat kesulitan? Secara ekonomi dan komunikasi
sosial, mereka yang berutang itu tetap terjerat utang dan berpeluang bertambah
utangnya. Kemungkinan kedua, karena masih punya utang di mana-mana dan biasanya
menghindar dari pemberi utang, dia tanpa menyadari menutup jalan rezekinya
sendiri.
Silaturahmi terhenti. Komunikasi dengan sesama makin sempit.
Karena silaturrahmi berkurang, ruang-ruang peluang pun otomatis,berkurang.
Rezeki pun kemungkinan besar berkurang. Sangat rasional sekali, tuntunan Islam
menyangkut soal utang ini. Pararel dengan logika ekonomi.
Mata pisau kedua, kemudahan rezeki, bagi mereka yang bersemangat membayar utang. Ini kejaiban yang tak kalah dahsyat dari sedekah. Bahkan, bisa jadi lebih dahsyat. Namun, karena tertutup untuk menyeimbangkan keuangan, terkesan tak terlihat. Anda mungkin tak merasa mendapat rezeki besar, karena rezeki yang Anda dapat langsung sepenuhnya dibayarkan untuk utang. Jadi kurang terlihat sebagai tumpukan rezeki.
Ada jaminan Allah dan Rasul-Nya. Mereka yang bersemangat
membayar utang akan dipermudah rezekinya. Selalu terbuka jalan keluar untuk
membayar utang, jika seseorang memperlihatkan kesungguhan untuk membayar, yang
dibuktikan dengan segera membayar utangnya ketika mendapat rezeki. Rasulullah
SAW. bersabda,
"Barang siapa berutang dengan maksud melunasinya, maka Allah akan membantunya (untuk melunasinya)."
"Barang siapa berutang dengan maksud melunasinya, maka Allah akan membantunya (untuk melunasinya)."
Disebutkan dalam hadits lain, Rasulullah SAW. bersabda,
"Seseorang yang berutang dan Allah melihat yang bersangkutan berniat untuk melunasinya, niscaya Allah akan menjadikan dia dapat melunasinya di dunia ini."
"Seseorang yang berutang dan Allah melihat yang bersangkutan berniat untuk melunasinya, niscaya Allah akan menjadikan dia dapat melunasinya di dunia ini."
Bagaimana kalau rezeki yang diperoleh tak terlalu besar dan
kebutuhan sendiri perlu juga dipenuhi? Bayarlah utang itu sebagian. Tak harus
semuanya.
Katakanlah, Anda mempunyai utang Rp. 500.000,- lalu sekali waktu
memperoleh rezeki Rp. 400.000,- dan masih ada keperluan memenuhi kebutuhan
hidup. Tak perlu dibayar semua. Kebutuhan hidup tetap dipenuhi. Yang penting
perlihatkan iktikad membayar utang walau mungkin hanya membayar sebagian. Jadi,
bayarkan yang separuh dan penuhi kebutuhan hidup dari sisanya.
Konteks hadits Rasulullah SAW. pada persoalan utang, tidak
menekan apalagi memaksa kita segera membayar keseluruhan. Mereka yang sedang
tidak mampu membayar bahkan dianjurkan dibebaskan oleh si pemberi utang. Asal
memang benar-benar tidak memiliki kemampuan untuk membayar.
وَإِن كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَىٰ مَيْسَرَةٍ ۚ وَأَن
تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
Wain kana thoo AAusratin fanathiratun ila maysaratin waan
tasaddaqoo khayrun lakum in kuntum taAAlamoona
Dan jika (orang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah
tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang)
itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui." (QS. Al-Baqarah (2): 280)
Yang ditekankan di sini adalah iktikad dan kesungguhan untuk
membayar. Jadi, ketika mampu hanya membayar separuh, bayar segera. Insya Allah,
akan ada rezeki lain yang akan datang. Bukan bersikap sebaliknya ketika
memiliki uang, tetapi tak memperlihatkan iktikad untuk melunasi utang.
Pilihannya sudah
jelas. Dengan membayar utang, rezeki akan dipermudah. Namun, jika mengabaikan
alias lalai membayar utang, akan mengalami kesulitan mendapat rezeki. ***
No comments:
Post a Comment