Jangan terlalu dini menyimpulkan
sesuatu hanya karena perbedaan sudut pandang, kita bukanlah sumber kebenaran, kita
sendiri sudah jadi sumber permasalahan. Ngga
usah repot-repot lagi cari masalah dengan mencari-cari kesalahan orang lain
sementara kita lalai dengan kesalahan-kesalahan sendiri.
Bila kita bermaksud ingin
menyampaikan sesuatu yang baik, sampaikan saja. Selama niatan kita baik jangan pernah
ragu menyampaikannya walau cara kita dianggap alay dan tak semutu dengan cara
mereka. Jika kita yakin akan pertolongan Allah, bagaimanapun juga cara
penyampaian tersebut bakal mengena di hati para pembaca, walau tersaji apa adanya.
Allah tak mengenal metode logika manusia. Jika Dia berkehendak apapun bisa terjadi
diluar logika kita. Oleh karena itu kita jangan merasa paling benar dan paling
unggul dalam segala hal berkaitan dengan dunia ilmu yang telah dipelajari.
Justru disitulah letak sempitnya wawasan kita. Harusnya ilmu itu bertujuan
supaya kita mampu berpikir dan bertindak yang baik dan benar agar jadi sosok
beradab serta rendah hati bukannya untuk saling berdebat demi mendapatkan
pengakuan tentang siapa diri kita. Jika diri sendiri saja sudah tak dapat
dikenali apalagi mengenal Allah?
Postingan yang mutu bukanlah diukur
dari banyaknya “Like” tapi dari niatan yang ikhlas untuk menyampaikan kebaikan
semata-mata hanya karena Allah SWT tanpa peduli dari kelas strata social mana
para penulis tersebut berasal. Penulis berkelas bukan berarti berasal dari kalangan
elite, tapi orang-orang tertentu yang mampu berpengaruh luas dan memberikan
manfaat mendalam bagi masyarakat banyak yang berefek positif terhadap perubahan
sikap, perilaku dan tindakan menuju kearah yang lebih baik.. Jadi untuk apa
kita memperdebatkan ini dan itu yang ngga penting. Yang terpenting saat ini
adalah bagaimana seharusnya kita menata diri dan menggunakan media social ini
dengan bijak agar menjadi sarana yang bermanfaat dalam rangka mengenal Allah
lebih dekat. Yang jadi pertanyaan adalah kenapa kita kadang risih melihat
celotehan-celotehan yang bertentangan dengan diri kita? Permasalahan sebenarnya yaitu karena kita sendiri memang belum mempersiapkan diri
seutuhnya, terutama pondasi mental maupun spiritual sehingga ketika dihadapkan pada
dunia medsos kita dengan mudah terbawa arus, sehingga gesekan-gesekan sedikit
saja sudah dapat menyulut api kedengkian, belum lagi kadang masih berlanjut di
dunia nyata. Ingatlah bahwa kita di medsos ini hanya numpang media orang, jadi
mari ngga usah neko-neko.
Mari kita lebih bijak dalam bermedsos, disini kita dilatih bagaimana
mengontrol diri menghadapi orang-orang yang berbeda karakter dan pemikiran,
jika tak sepaham hormati, dan maklumi. Dunia tak kan seindah ini jika tercipta
homogen.
Seandainya suatu saat kita
mendapatkan cacian dan hinaan kita harus kuat dan bijak menyikapinya. Sadari
bahwa kita sendiri hakikatnya adalah makhluk hina seperti yang dinyanyikan bang
haji Rhoma Irama bahwa kita tercipta dari setetes air hina. Jadi hinaan itu sebenarnya
bukan lagi menjadi hal yang menyakitkan bahkan jadi support penyemangat
hidup,anggap saja angin lalu, kenapa harus terlalu diambil hati? Nyantai ajalah
seperti yang sering disampaikan Almarhum Gus Dur “Gitu aja kok repot”. Kalimat
yang terkesan sederhana tapi mengandung makna mendalam.
Mari kita setting ulang
kesalahan-kesalahan persepsi kita selama ini, maklumi dan pahami keterbatasan
masing-masing. Semoga Allah senatiasa membuka pintu hidayah-Nya, agar
pengertian kita bertambah dan bertambah setiap saat. Aamiin… https://goo.gl/eDjtrh